Social Icons

Pages

5.29.2013

Yayasan Cipta Karya Ananda ( Sekolah Ananda) Gelar Baksos Waisak

Dalam rangka perayaan Hari raya waisak, Para siswa sekolah Ananda Batam ( TK, SD, SMP dan SMA) mengadakan kegiatan bakti sosial.
Dengan bimbingan para guru, siswa mengumpulkan bahan sembako untuk disalurkan ke beberapa panti asuhan yang ada di kota Batam, diantaranya daerah Tanjung Sengkuang, Tanjung Piayu, Barelang dan Marina.













5.26.2013

Visi Sekolah Ananda

Terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas, profesional,    berkarakter, Pembawa damai, serta Mampu menanggapi kebutuhan  manusia dalam rangka hidup bermasyarakat, bernegara, yang Dilandasi oleh  Nilai- nilai  Kasih & Kebenaran.



5.22.2013

Psikologi Remaja


Masa perkembangan remaja dimulai dengan masa puber, yaitu umur kurang lebih antara 12-14 thn. masa puber atau masa permulaan remaja adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan intelektual berkembang sangat cepat. pertengahan masa remaja adalah masa yang lebih stabil untuk menyusuaikan diri dan berintraksi dengan perubahan permulaan remaja, kira-kira umur 14-16 thn. remaja akhir yang kira-kira berumur 18 thn -20 thn ditandai dengan transisi untuk mulai bertanggung jawab,membuat pilihan dan berkesempatan untuk mulai menjadi dewasa.
Menurut PIAGET Perkembangan KOGNITIF ANAK dikelompokkan dalam 4 tahapan:

1. Sensori Motor (usia 0-2 tahun)
Dalam tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak.
Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh/memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya.
Dalam usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah 'menangis'.
Menyampaikan cerita/berita Injil pada anak usia ini tidak dapat hanya sekedar dengan menggunakan gambar sebagai alat peraga, melainkan harus dengan sesuatu yang bergerak (panggung boneka akan sangat membantu).

2. Pra-operasional (usia 2-7 tahun)
Pada usia ini anak menjadi 'egosentris', sehingga berkesan 'pelit', karena ia tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut juga memiliki kecenderungan untuk meniru orang di sekelilingnya. Meskipun pada saat berusia 6-7 tahun mereka sudah mulai mengerti motivasi, namun mereka tidak mengerti cara berpikir yang sistematis - rumit.
Dalam menyampaikan cerita harus ada alat peraga.

3. Operasional Kongkrit (usia 7-11 tahun)
Saat ini anak mulai meninggalkan 'egosentris'-nya dan dapat bermain dalam kelompok dengan aturan kelompok (bekerja sama). Anak sudah dapat dimotivasi dan mengerti hal-hal yang sistematis.
Namun dalam menyampaikan berita Injil harus diperhatikan penggunaan bahasa.
Misalnya: Analogi 'hidup kekal' - diangkat menjadi anak-anak Tuhan dengan konsep keluarga yang mampu mereka pahami.


4. Operasional Formal (usia 11 tahun ke atas)
Pengajaran pada anak pra-remaja ini menjadi sedikit lebih mudah, karena mereka sudah mengerti konsep dan dapat berpikir, baik secara konkrit maupun abstrak, sehingga tidak perlu menggunakan alat peraga.

Ada kesulitan baru yang dihadapi guru saat memfasilitasi peserta didik, sehingga guru harus menyediakan waktu lebih banyak agar dapat memahami terjadinya perubahan dalam proses perkembangan yang sedang dihadapi peserta didik, terutama ketika memasuki usia pubertas.
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.
Remaja adalah mereka yang berusia antara 12 - 21 tahun, yang akan mengalami periode perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut :
Masa Pra-pubertas (12 - 13 tahun)
Masa pubertas (14 - 16 tahun)
Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
Dan periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)

Masa pra-pubertas (12 - 13 tahun)
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja. Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organ- organ seksual serta organ-organ reproduksi remaja.

Pada fase Remaja, terjadi perkembangan intelektual yang sangat pesat, sehingga seringkali remaja-remaja ini cenderung bersikap suka mengkritik (karena merasa tahu segalanya), yang sering diwujudkan dalam bentuk pembangkangan ataupun pembantahan terhadap orang tua, mulai menyukai orang dewasa yang dianggapnya baik, serta menjadikannya sebagai "hero" atau pujaannya. Perilaku ini akan diikuti dengan meniru segala yang dilakukan oleh pujaannya, seperti model rambut, gaya bicara, sampai dengan kebiasaan hidup pujaan tersebut.Ekspresi ini menunjukkan pula terjadinya proses erosi percaya diri, namun bisa pula terjadi perkembangan positif seperti meningkatnya rasa percaya diri.

Selain itu, pada masa ini remaja juga cenderung lebih berani mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani mengemukakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan pendapatnya sekuat mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi oleh orang tua sebagai pembangkangan. Remaja tidak ingin diperlakukan sebagai anak kecil lagi. Mereka lebih senang bergaul dengan kelompok yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya. Mereka juga semakin berani menentang tradisi orang tua yang dianggapnya kuno dan tidak/kurang berguna, maupun peraturan-peraturan yang menurut mereka tidak beralasan, seperti tidak boleh mampir ke tempat lain selepas sekolah, dan sebagainya. Mereka akan semakin kehilangan minat untuk bergabung dalam kelompok sosial yang formal, dan cenderung bergabung dengan teman-teman pilihannya. Misalnya, mereka akan memilih main ke tempat teman karibnya daripada bersama keluarga berkunjung ke rumah saudara.

Tapi, pada saat yang sama, mereka juga butuh pertolongan dan bantuan yang selalu siap sedia dari orang tuanya, jika mereka tidak mampu menjelmakan keinginannya. Pada saat ini adalah saat yang kritis. Jika orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan psikisnya untuk mengatasi konflik yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya dari orang lain. Orang tua harus ingat, bahwa masalah yang dihadapi remaja, meskipun bagi orang tua itu merupakan masalah sepele, tetapi bagi remaja itu adalah masalah yang sangat-sangat berat.

Masa pubertas (14 - 16 tahun)
Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik mereka begitu menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini. Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pris ditandai dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya serta memberikan pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika hal ini gagal ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka khususnya dalam hal pengenalan diri/gender dan seksualitasnya akan terganggu. Kasus-kasus gay dan lesbi banyak diawali dengan gagalnya perkembangan remaja pada tahap ini.

Di samping itu, remaja mulai mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual. Karena kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan seksualitasnya, remaja sukar diselami perasaannya. Kadang mereka bersikap kasar, kadang lembut. Kadang suka melamun, di lain waktu dia begitu ceria. Perasaan sosial remaja di masa ini semakin kuat, dan mereka bergabung dengan kelompok yang disukainya dan membuat peraturan-peraturan dengan pikirannya sendiri.

Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik, akan dapat menerima kodratnya, baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Mereka juga bangga karena tubuh mereka dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini berlangsung sangat singkat. Pada remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat daripada remaja pria, sehingga proses kedewasaan remaja putri lebih cepat dicapai dibandingkan remaja pria. Umumnya kematangan fisik dan seksualitas mereka sudah tercapai sepenuhnya. Namun kematangan psikologis belum tercapai sepenuhnya.


Periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna, baik segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran mereka. Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti cita-citanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupannya serta sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini.

Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungan, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri, dan sebagainya.

Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua, teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus diselesaikan, konflik-konflik psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan mereka harus diberi lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya.

Para pembimbing Remaja dan Guru, diharapkan memahami masalah perkembangan remaja secara utuh, sehingga mampu memberikan bantuan yang sekaligus berperan sebagai solusi bagi masalah yang sedang dihadapinya.


-          Doni Permana, S.Pd @ SMP Ananda Batam

5.21.2013

Seluruh siswa pasti pintar dan cerdas



SETIAP kali hendak berangkat ke sekolah, Kelvin (15 th ) murung. Raut wajahnya membersitkan ketegangan dan ketaksenangan.
Dia jago Basket  di sekolah,  Beberapa kali  mengikuti pertandingan bola basket  mewakili sekolah.  Kelvin berpembawaan tak bisa diam terlalu lama dan ingin terus bergerak. Tak ayal, dia sering dimarahi guru yang sedang menerangkan pelajaran di kelas.
Kelemahan paling mendasar anak-anak yang memiliki kecerdasan fisik (kinestetik) memang pada kecenderungan tak bisa diam terlalu lama. Dalam senam atau olahraga, anak-anak itu lebih luwes, lincah, menguasai, bersemangat.
Pendek kata, anak kinestetik jauh lebih unggul dibandingkan dengan anak lain. Anak kinestetik lebih menyukai bidang olahraga. Mereka akan memilih ekstrakulikuler olahraga ketimbang sains.
Namun, banyak guru  justru acap memupus, mengempaskan, atau membenamkan kelebihan anak yang memiliki kecerdasan fisik (kinestetik). Banyak kalangan, termasuk orang tua dan guru , beranggapan kecerdasan fisik urutan kesekian dibandingkan dengan prestasi akademik. Akibatnya, anak-anak yang memiliki kecerdasan fisik merasa kurang dihargai.
Ada satu lagi yang perlu digarisbawahi, yakni ada anggapan bahwa anak-anak berkecerdasan fisik (kinestetik) pasti lemah di bidang akademik.
Anggapan yang belum tentu benar itu seolah-olah mencampakkan serta mengecilkan pola serta gaya belajar yang dianut dan ditanamkan orang tua. Sebab, kenyataannya banyak anak kinestetik berprestasi akademik sangat memuaskan,  karena orang tua dan guru berhasil menerapkan gaya belajar yang pas bagi mereka.
Kecerdasan seseorang dapat dilihat dari banyak dimensi. Prof Dr Howard Gardner, Kepala Project Zero Harvard Univervity, mengembangkan model multiple intelligences.
Dia membagi kecerdasan menjadi delapan macam, antara lain kinestetik atau kecerdasan fisik. Kecerdasan kinestetik sejajar dengan tujuh kecerdasan lain, yaitu kecerdasan linguistik, logik matematik, visual dan spasial, musik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis.
Jadi sebenarnya tak ada siswa bodoh dalam pembelajaran. Seluruh siswa pasti pintar dan cerdas menurut kecenderungan masing-masing. Karena itu, pola serta gaya belajar berperanan penting.
Anak kinestetik lebih cepat menghafal bila disertai olah tubuh atau gerakan. Jadi, gaya belajar anak kinestetik harus disertai gerakan atau olah tubuh. Misalnya, pemahaman tentang air hujan yang turun ke bumi. Jangan suruh anak kinestetik menghafal kalimat demi kalimat. Berilah contoh melalui gerakan tangan, pasti dengan cepat mereka dapat mencerna.
Bisa juga ketika menerangkan tentang gravitasi atau gaya tarik bumi, guru menjatuhkan kapur atau penghapus papan tulis. Semua itu membutuhkan kreativitas dari guru.

Sekolah unggulan adalah sekolah yang memanusiakan manusia. Artinya, menghargai setiap potensi siswa. Sekolah yang membuka pintu lebar-lebar bagi semua siswa. Bukan dengan menyeleksi melalui tes formal yang memiliki interval nilai berupa angka untuk menyatakan batasan diterima atau tidak.

- Doni permana, S.Pd @ SMP Ananda Batam

ANANDA BASKETBALL COMPETITIONS 2013



Batam, 21-5-2013

Untuk mempererat silaturahmi antar sekolah di kota Batam, serta untuk memajukan olahraga basket tingkat pelajar di kota Batam, sekolah Ananda mengadakan Invitasi Bola Basket Ananda Cup yang diadakan setiap Tahun.Turnamen ini diikuti oleh beberapa sekolah di kota Batam. Pada upacara pembukaan, ditampilkan pertunjukan marching band dari SD Ananda, serta upacara bendera yang dipimpin oleh tim paskibra SMP Ananda. Kemudian, acara ini resmi dibuka setelah dilakukan pelemparan bola oleh Ketua Yayasan Cipta Karya Ananda, Dra. Joice Goni, Kepala Sekolah SD Ananda, Warsinem, S.Pd, Kepala Sekolah SMP Ananda, Doni Permana, S.Pd, dan Kepala Sekolah SMA Ananda, Irmi Gustina, SP.

Sekolah Ananda mengucapkan selamat bertanding kepada seluruh peserta Invitasi Bola Basket Ananda Cup 2013. Tetap jaga sportifitas, dalam setiap pertandingan. Foto-foto pertandingan dan jadwal pertandingan dapat diakses melalui website sekolah Ananda, dengan mengklik ww.anandaschool.org
 

Sample text

Sample Text

Jalan Taman Indah Blok III Lubuk Baja Batam

 
Blogger Templates