9.13.2013
5.29.2013
Yayasan Cipta Karya Ananda ( Sekolah Ananda) Gelar Baksos Waisak
Dalam rangka perayaan Hari raya waisak, Para siswa sekolah Ananda Batam ( TK, SD, SMP dan SMA) mengadakan kegiatan bakti sosial.
Dengan bimbingan para guru, siswa mengumpulkan bahan sembako untuk disalurkan ke beberapa panti asuhan yang ada di kota Batam, diantaranya daerah Tanjung Sengkuang, Tanjung Piayu, Barelang dan Marina.
Dengan bimbingan para guru, siswa mengumpulkan bahan sembako untuk disalurkan ke beberapa panti asuhan yang ada di kota Batam, diantaranya daerah Tanjung Sengkuang, Tanjung Piayu, Barelang dan Marina.
5.26.2013
Visi Sekolah Ananda
Terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas, profesional, berkarakter, Pembawa damai, serta Mampu menanggapi kebutuhan manusia dalam rangka hidup bermasyarakat, bernegara, yang Dilandasi oleh Nilai-
nilai Kasih & Kebenaran.
5.23.2013
5.22.2013
Psikologi Remaja
Masa perkembangan remaja dimulai dengan masa puber, yaitu umur kurang lebih antara 12-14 thn. masa puber atau masa permulaan remaja adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan intelektual berkembang sangat cepat. pertengahan masa remaja adalah masa yang lebih stabil untuk menyusuaikan diri dan berintraksi dengan perubahan permulaan remaja, kira-kira umur 14-16 thn. remaja akhir yang kira-kira berumur 18 thn -20 thn ditandai dengan transisi untuk mulai bertanggung jawab,membuat pilihan dan berkesempatan untuk mulai menjadi dewasa.
Menurut PIAGET Perkembangan KOGNITIF ANAK dikelompokkan
dalam 4 tahapan:
1. Sensori Motor (usia 0-2 tahun)
Dalam tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh
dalam diri anak.
Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh/memegang,
karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya.
Dalam usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan
senjata terbesarnya adalah 'menangis'.
Menyampaikan cerita/berita Injil pada anak usia ini tidak
dapat hanya sekedar dengan menggunakan gambar sebagai alat peraga, melainkan
harus dengan sesuatu yang bergerak (panggung boneka akan sangat membantu).
2. Pra-operasional (usia 2-7 tahun)
Pada usia ini anak menjadi 'egosentris', sehingga berkesan
'pelit', karena ia tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Anak
tersebut juga memiliki kecenderungan untuk meniru orang di sekelilingnya.
Meskipun pada saat berusia 6-7 tahun mereka sudah mulai mengerti motivasi,
namun mereka tidak mengerti cara berpikir yang sistematis - rumit.
Dalam menyampaikan cerita harus ada alat peraga.
3. Operasional Kongkrit (usia 7-11 tahun)
Saat ini anak mulai
meninggalkan 'egosentris'-nya dan dapat bermain dalam kelompok dengan aturan
kelompok (bekerja sama). Anak sudah dapat dimotivasi dan mengerti hal-hal yang
sistematis.
Namun dalam menyampaikan berita Injil harus diperhatikan
penggunaan bahasa.
Misalnya: Analogi 'hidup kekal' - diangkat menjadi anak-anak
Tuhan dengan konsep keluarga yang mampu mereka pahami.
4. Operasional Formal (usia 11 tahun ke atas)
Pengajaran pada
anak pra-remaja ini menjadi sedikit lebih mudah, karena mereka sudah mengerti
konsep dan dapat berpikir, baik secara konkrit maupun abstrak, sehingga tidak
perlu menggunakan alat peraga.
Ada kesulitan baru yang dihadapi guru saat memfasilitasi
peserta didik, sehingga guru harus menyediakan waktu lebih banyak agar dapat
memahami terjadinya perubahan dalam proses perkembangan yang sedang dihadapi
peserta didik, terutama ketika memasuki usia pubertas.
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai
dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada
remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar.
Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam
memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang
berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH);
dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut
merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan.
Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell
Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan
secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis
seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa
sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik
seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan
perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan
tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat
sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.
Remaja adalah mereka yang berusia antara 12 - 21 tahun, yang
akan mengalami periode perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut :
Masa Pra-pubertas (12 - 13 tahun)
Masa pubertas (14 - 16 tahun)
Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
Dan periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Masa pra-pubertas (12 - 13 tahun)
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari
kanak-kanak ke remaja. Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan
dengan anak laki-laki. Pada masa ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja,
yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organ- organ
seksual serta organ-organ reproduksi remaja.
Pada fase Remaja, terjadi perkembangan intelektual yang
sangat pesat, sehingga seringkali remaja-remaja ini cenderung bersikap suka
mengkritik (karena merasa tahu segalanya), yang sering diwujudkan dalam bentuk
pembangkangan ataupun pembantahan terhadap orang tua, mulai menyukai orang
dewasa yang dianggapnya baik, serta menjadikannya sebagai "hero" atau
pujaannya. Perilaku ini akan diikuti dengan meniru segala yang dilakukan oleh
pujaannya, seperti model rambut, gaya bicara, sampai dengan kebiasaan hidup
pujaan tersebut.Ekspresi ini menunjukkan pula terjadinya proses erosi percaya
diri, namun bisa pula terjadi perkembangan positif seperti meningkatnya rasa
percaya diri.
Selain itu, pada masa ini remaja juga cenderung lebih berani
mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani mengemukakan pendapatnya, bahkan
akan mempertahankan pendapatnya sekuat mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi
oleh orang tua sebagai pembangkangan. Remaja tidak ingin diperlakukan sebagai
anak kecil lagi. Mereka lebih senang bergaul dengan kelompok yang dianggapnya
sesuai dengan kesenangannya. Mereka juga semakin berani menentang tradisi orang
tua yang dianggapnya kuno dan tidak/kurang berguna, maupun peraturan-peraturan
yang menurut mereka tidak beralasan, seperti tidak boleh mampir ke tempat lain
selepas sekolah, dan sebagainya. Mereka akan semakin kehilangan minat untuk
bergabung dalam kelompok sosial yang formal, dan cenderung bergabung dengan
teman-teman pilihannya. Misalnya, mereka akan memilih main ke tempat teman
karibnya daripada bersama keluarga berkunjung ke rumah saudara.
Tapi, pada saat yang sama, mereka juga butuh pertolongan dan
bantuan yang selalu siap sedia dari orang tuanya, jika mereka tidak mampu
menjelmakan keinginannya. Pada saat ini adalah saat yang kritis. Jika orang tua
tidak mampu memenuhi kebutuhan psikisnya untuk mengatasi konflik yang terjadi
saat itu, remaja akan mencarinya dari orang lain. Orang tua harus ingat, bahwa
masalah yang dihadapi remaja, meskipun bagi orang tua itu merupakan masalah
sepele, tetapi bagi remaja itu adalah masalah yang sangat-sangat berat.
Masa pubertas (14 - 16 tahun)
Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan
fisik mereka begitu menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya,
sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak
lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil akibat dari perkembangan
hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat
muncul pada masa ini. Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi
yang pertama, sedangkan pada remaja pris ditandai dengan datangnya mimpi basah
yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini, sehingga orang
tua harus mendampinginya serta memberikan pengertian yang baik dan benar
tentang seksualitas. Jika hal ini gagal ditangani dengan baik, perkembangan
psikis mereka khususnya dalam hal pengenalan diri/gender dan seksualitasnya
akan terganggu. Kasus-kasus gay dan lesbi banyak diawali dengan gagalnya
perkembangan remaja pada tahap ini.
Di samping itu, remaja mulai mengerti tentang gengsi,
penampilan, dan daya tarik seksual. Karena kebingungan mereka ditambah labilnya
emosi akibat pengaruh perkembangan seksualitasnya, remaja sukar diselami
perasaannya. Kadang mereka bersikap kasar, kadang lembut. Kadang suka melamun,
di lain waktu dia begitu ceria. Perasaan sosial remaja di masa ini semakin
kuat, dan mereka bergabung dengan kelompok yang disukainya dan membuat
peraturan-peraturan dengan pikirannya sendiri.
Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya
dengan baik, akan dapat menerima kodratnya, baik sebagai laki-laki maupun
perempuan. Mereka juga bangga karena tubuh mereka dianggap menentukan harga
diri mereka. Masa ini berlangsung sangat singkat. Pada remaja putri, masa ini
berlangsung lebih singkat daripada remaja pria, sehingga proses kedewasaan
remaja putri lebih cepat dicapai dibandingkan remaja pria. Umumnya kematangan
fisik dan seksualitas mereka sudah tercapai sepenuhnya. Namun kematangan
psikologis belum tercapai sepenuhnya.
Periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan
yang sempurna, baik segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan
mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan mulai memperjuangkan suatu
idealisme yang didapat dari pikiran mereka. Mereka mulai menyadari bahwa
mengkritik itu lebih mudah daripada menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan
mulai terlihat jelas, seperti cita-citanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya.
Arah kehidupannya serta sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada fase
ini.
Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang
gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja
maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung
begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat.
Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang
tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para
pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan
kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi
lingkungan, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri, dan
sebagainya.
Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi
remaja yang tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa
ditolak oleh keluarga, orang tua, teman-teman, maupun lingkungannya sejak
kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut. Trauma-trauma
dalam hidupnya harus diselesaikan, konflik-konflik psikologis yang menggantung
harus diselesaikan, dan mereka harus diberi lingkungan yang berbeda dari
lingkungan sebelumnya.
Para pembimbing Remaja dan Guru, diharapkan memahami masalah
perkembangan remaja secara utuh, sehingga mampu memberikan bantuan yang
sekaligus berperan sebagai solusi bagi masalah yang sedang dihadapinya.
-
Doni
Permana, S.Pd @ SMP Ananda Batam
5.21.2013
Seluruh siswa pasti pintar dan cerdas
SETIAP kali hendak berangkat ke
sekolah, Kelvin (15 th ) murung. Raut wajahnya
membersitkan ketegangan dan ketaksenangan.
Dia jago Basket di sekolah, Beberapa kali mengikuti pertandingan bola basket mewakili sekolah. Kelvin berpembawaan tak bisa
diam terlalu lama dan ingin terus bergerak. Tak ayal, dia sering dimarahi guru
yang sedang menerangkan pelajaran di kelas.
Kelemahan paling mendasar
anak-anak yang memiliki kecerdasan fisik (kinestetik) memang pada kecenderungan
tak bisa diam terlalu lama. Dalam senam atau olahraga, anak-anak itu lebih
luwes, lincah, menguasai, bersemangat.
Pendek kata, anak kinestetik jauh
lebih unggul dibandingkan dengan anak lain. Anak kinestetik lebih menyukai
bidang olahraga. Mereka akan memilih ekstrakulikuler olahraga ketimbang sains.
Namun, banyak guru justru acap memupus, mengempaskan, atau
membenamkan kelebihan anak yang memiliki kecerdasan fisik (kinestetik). Banyak
kalangan, termasuk orang tua dan
guru , beranggapan kecerdasan fisik urutan kesekian dibandingkan dengan
prestasi akademik. Akibatnya, anak-anak yang memiliki kecerdasan fisik merasa
kurang dihargai.
Ada satu lagi yang perlu
digarisbawahi, yakni ada anggapan bahwa anak-anak berkecerdasan fisik
(kinestetik) pasti lemah di bidang akademik.
Anggapan yang belum tentu benar
itu seolah-olah mencampakkan serta mengecilkan pola serta gaya belajar yang
dianut dan ditanamkan orang tua. Sebab, kenyataannya banyak anak kinestetik
berprestasi akademik sangat memuaskan, karena orang tua dan guru
berhasil menerapkan gaya belajar yang pas bagi mereka.
Kecerdasan seseorang dapat
dilihat dari banyak dimensi. Prof Dr Howard Gardner, Kepala Project Zero
Harvard Univervity, mengembangkan model multiple intelligences.
Dia membagi kecerdasan menjadi
delapan macam, antara lain kinestetik atau kecerdasan fisik. Kecerdasan
kinestetik sejajar dengan tujuh kecerdasan lain, yaitu kecerdasan linguistik,
logik matematik, visual dan spasial, musik, interpersonal, intrapersonal, dan
naturalis.
Jadi sebenarnya tak ada siswa bodoh dalam pembelajaran. Seluruh siswa pasti pintar dan cerdas
menurut kecenderungan masing-masing. Karena itu, pola serta gaya belajar
berperanan penting.
Anak kinestetik lebih cepat
menghafal bila disertai olah tubuh atau gerakan. Jadi, gaya belajar anak
kinestetik harus disertai gerakan atau olah tubuh. Misalnya, pemahaman tentang
air hujan yang turun ke bumi. Jangan suruh anak kinestetik menghafal kalimat
demi kalimat. Berilah contoh melalui gerakan tangan, pasti dengan cepat mereka
dapat mencerna.
Bisa juga ketika menerangkan
tentang gravitasi atau gaya tarik bumi, guru menjatuhkan kapur atau penghapus
papan tulis. Semua itu membutuhkan kreativitas dari guru.
Sekolah unggulan adalah sekolah
yang memanusiakan manusia. Artinya, menghargai setiap potensi siswa. Sekolah
yang membuka pintu lebar-lebar bagi semua siswa. Bukan dengan menyeleksi
melalui tes formal yang memiliki interval nilai berupa angka untuk menyatakan batasan
diterima atau tidak.
- Doni permana, S.Pd @ SMP Ananda Batam
ANANDA BASKETBALL COMPETITIONS 2013
Untuk mempererat silaturahmi antar sekolah di kota Batam, serta untuk memajukan olahraga basket tingkat pelajar di kota Batam, sekolah Ananda mengadakan Invitasi Bola Basket Ananda Cup yang diadakan setiap Tahun.Turnamen ini diikuti oleh beberapa sekolah di kota Batam. Pada upacara pembukaan, ditampilkan pertunjukan marching band dari SD Ananda, serta upacara bendera yang dipimpin oleh tim paskibra SMP Ananda. Kemudian, acara ini resmi dibuka setelah dilakukan pelemparan bola oleh Ketua Yayasan Cipta Karya Ananda, Dra. Joice Goni, Kepala Sekolah SD Ananda, Warsinem, S.Pd, Kepala Sekolah SMP Ananda, Doni Permana, S.Pd, dan Kepala Sekolah SMA Ananda, Irmi Gustina, SP.
Sekolah Ananda mengucapkan selamat bertanding kepada seluruh peserta Invitasi Bola Basket Ananda Cup 2013. Tetap jaga sportifitas, dalam setiap pertandingan. Foto-foto pertandingan dan jadwal pertandingan dapat diakses melalui website sekolah Ananda, dengan mengklik ww.anandaschool.org
Langganan:
Postingan (Atom)