Social Icons

Pages

5.21.2013

Seluruh siswa pasti pintar dan cerdas



SETIAP kali hendak berangkat ke sekolah, Kelvin (15 th ) murung. Raut wajahnya membersitkan ketegangan dan ketaksenangan.
Dia jago Basket  di sekolah,  Beberapa kali  mengikuti pertandingan bola basket  mewakili sekolah.  Kelvin berpembawaan tak bisa diam terlalu lama dan ingin terus bergerak. Tak ayal, dia sering dimarahi guru yang sedang menerangkan pelajaran di kelas.
Kelemahan paling mendasar anak-anak yang memiliki kecerdasan fisik (kinestetik) memang pada kecenderungan tak bisa diam terlalu lama. Dalam senam atau olahraga, anak-anak itu lebih luwes, lincah, menguasai, bersemangat.
Pendek kata, anak kinestetik jauh lebih unggul dibandingkan dengan anak lain. Anak kinestetik lebih menyukai bidang olahraga. Mereka akan memilih ekstrakulikuler olahraga ketimbang sains.
Namun, banyak guru  justru acap memupus, mengempaskan, atau membenamkan kelebihan anak yang memiliki kecerdasan fisik (kinestetik). Banyak kalangan, termasuk orang tua dan guru , beranggapan kecerdasan fisik urutan kesekian dibandingkan dengan prestasi akademik. Akibatnya, anak-anak yang memiliki kecerdasan fisik merasa kurang dihargai.
Ada satu lagi yang perlu digarisbawahi, yakni ada anggapan bahwa anak-anak berkecerdasan fisik (kinestetik) pasti lemah di bidang akademik.
Anggapan yang belum tentu benar itu seolah-olah mencampakkan serta mengecilkan pola serta gaya belajar yang dianut dan ditanamkan orang tua. Sebab, kenyataannya banyak anak kinestetik berprestasi akademik sangat memuaskan,  karena orang tua dan guru berhasil menerapkan gaya belajar yang pas bagi mereka.
Kecerdasan seseorang dapat dilihat dari banyak dimensi. Prof Dr Howard Gardner, Kepala Project Zero Harvard Univervity, mengembangkan model multiple intelligences.
Dia membagi kecerdasan menjadi delapan macam, antara lain kinestetik atau kecerdasan fisik. Kecerdasan kinestetik sejajar dengan tujuh kecerdasan lain, yaitu kecerdasan linguistik, logik matematik, visual dan spasial, musik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis.
Jadi sebenarnya tak ada siswa bodoh dalam pembelajaran. Seluruh siswa pasti pintar dan cerdas menurut kecenderungan masing-masing. Karena itu, pola serta gaya belajar berperanan penting.
Anak kinestetik lebih cepat menghafal bila disertai olah tubuh atau gerakan. Jadi, gaya belajar anak kinestetik harus disertai gerakan atau olah tubuh. Misalnya, pemahaman tentang air hujan yang turun ke bumi. Jangan suruh anak kinestetik menghafal kalimat demi kalimat. Berilah contoh melalui gerakan tangan, pasti dengan cepat mereka dapat mencerna.
Bisa juga ketika menerangkan tentang gravitasi atau gaya tarik bumi, guru menjatuhkan kapur atau penghapus papan tulis. Semua itu membutuhkan kreativitas dari guru.

Sekolah unggulan adalah sekolah yang memanusiakan manusia. Artinya, menghargai setiap potensi siswa. Sekolah yang membuka pintu lebar-lebar bagi semua siswa. Bukan dengan menyeleksi melalui tes formal yang memiliki interval nilai berupa angka untuk menyatakan batasan diterima atau tidak.

- Doni permana, S.Pd @ SMP Ananda Batam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text

Jalan Taman Indah Blok III Lubuk Baja Batam

 
Blogger Templates